Boiler/Ketel Uap
2.1
Pengertian Boiler
Boiler / ketel uap merupakan bejana
tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas
atau steam berupa energi kerja. Air
adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Air panas atau steam pada tekanan dan
suhu tertentu mempunyai nilai energi yang kemudian digunakan untuk mengalirkan
panas dalam bentuk energi kalor ke suatu proses. Jika air didihkan sampai
menjadi steam, maka volumenya akan
meningkat sekitar 1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu
yang mudah meledak, sehingga sistem boiler
merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Energi kalor yang dibangkitkan dalam
sistem boiler memiliki nilai tekanan,
temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem
boiler mengenal keadaan tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi (high pressure/HP), dengan perbedaan itu
pemanfaatan steam yang keluar dari
sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and
industrial boilers), atau membangkitkan energi listrik dengan merubah
energi kalor menjadi energi mekanik kemudian memutar generator sehingga
menghasilkan energi listrik (power
boilers). Namun, ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang memanfaatkan tekanan-temperatur
tinggi untuk membangkitkan
energi listrik, kemudian sisa steam
dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat dimanfaatkan ke
dalam proses industri.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air
untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan dari sistem air umpan, penanganan air umpan diperlukan sebagai bentuk
pemeliharaan untuk mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem steam mengumpulkan
dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur
menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar
adalah semua perlatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan
bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
2.2
Klasifikasi Boiler
Boiler/ketel uap pada dasarnya
terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada ujung pangkalnya dan dalam
perkembangannya dilengkapi dengan pipa api maupun pipa air. Banyak orang
mengklasifikasikan ketel uap tergantung kepada sudut pandang masing-masing.
Dalam laporan
ini ketel uap diklasifikasikan dalam kelas yaitu:
1.
Berdasarkan fluida yang mengalir
dalam pipa, maka ketel diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel pipa api (fire
tube boiler)
Pada ketel pipa api, fluida yang
mengalir dalam pipa adalah gas nyala (hasil pembakaran), yang membawa energi
panas (thermal energy), yang segera
mentransfernya ke air ketel melalui bidang pemanas (heating
surface). Tujuan pipa-pipa api ini adalah untuk memudahkan distribusi panas
(kalor) kepada air ketel.
Api/gas asap mengalir dalam pipa
sedangkan air/uap diluar pipa Drum berfungsi untuk tempat air dan uap,
disamping itu drum juga sebagai tempat
bidang pemanas. Bidang pemanas terletak di dalam drum, sehingga luas bidang
pemanas yang dapat dibuat terbatas.
Gambar 2.1 diagram sederhana fire tube boiler
b.
Ketel pipa air (water
tube boiler)
Pada ketel pipa air, fluida yang mengalir dalam pipa adalah air,
energi panas ditransfer dari luar pipa (yaitu ruang dapur) ke air ketel.
Add caption |
Gambar 2.2 water tube boiler
Cara kerja:
Proses pengapian terjadi diluar pipa. Panas yang dihasilkan
digunakan untuk memanaskan pipa yang berisi air. Air umpan itu sebelumnya
dikondisikan terlebih dahulu melalui ecomonizer.
Steam yang dihasilkan kemudian dikumpulkan terlebih dahulu didalam sebuah
steam drum sampai sesuai. Setelah melalui tahap secondary superheater dan primary
superheater, baru steam dilepaskan
ke pipa utama distribusi.
Karakteristik:
-
Tingkat efisiensi panas yang dihasilkan cukup tinggi.
-
Kurang toleran terhadap kualitas
air yang dihasilkan dari plant pengolahan air. Sehingga air harus dikondisikan
terhadap mineral dan kandungan lain yang larut dalam air.
-
Boiler ini digunakan untuk
kebutuhan tekanan steam yang sangat
tinggi seperti pada pembangkit tenaga.
-
Menggunakan bahan bakar minyak, dan
gas untuk water tube boiler yang
dirakit dari pabrik.
-
Menggunakan bahan bakar padat untuk
water tube boiler yang tidak dirakit di pabrik.
2.
Berdasarkan pemakaiannya, ketel dapat
diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel stasioner (stationary
boiler) atau ketel tetap.
b.
Ketel mobil (mobile
boiler), ketel pindah atau portabel boiler.
Yang termasuk stasioner adalah ketel-ketel yang
didudukan diatas pondasi yang tetap, seperti boiler untuk pembangkit tenaga,
untuk industri dan lain-lain yang sepertinya.
Gambar 2.3 ketel stasioner (stationary boiler)
Yang termasuk ketel mobil, adalah ketel yang dipasang
pada pondasi yang berpindah-pindah (mobile),
seperti boiler lokomotif, loko mobil dan ketel panjang serta lain yang
sepertinya termasuk ketel kapal (marine
boiler).
Gambar 2.4 Ketel mobil (mobile boiler)
3.
Berdasarkan letak dapur (furnace positition), ketel uap
diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler), dalam
hal ini dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian dalam ketel. Kebanyakan
ketel pipa api memakai sistem ini.
Gambar 2.5
Ketel pembakaran di dalam
b.
Ketel dengan pembakaran di luar (outernally fired steam boiler),
dalam hal ini dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian luar ketel,
kebanyakan ketel pipa air memakai sistem ini.
Gambar 2.6
ketel pembakaran di luar
4.
Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube), ketel ini diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler).
b.
Ketel dengan lorong ganda (multi tube steam boiler).
Pada single tube steam
boiler, hanya terdapat satu lorong saja, apakah itu lorong api atau saluran
air saja. Cornish boiler adalah single fire tube boiler dan simple vertikal boiler adalah single water tube steam boiler.
Multi fire tube boiler misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler
misalnya ketel B dan W dan lain-lain.
Gambar 2.8 Multi fire tube boiler
5.
Tergantung kepada poros tutup drum (shell), ketel diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel tegak (vertical steam boiler), seperti ketel cochran, ketel clarkson dan
lain-lain sepertinya.
Gambar 2.9 Ketel tegak (vertical steam boiler)
b.
Ketel mendatar (horizontal steam boiler), seperti ketel cornish, lancashire,
scotch dan lain-lain.
Gambar 2.10 Ketel mendatar (horizontal steam boiler)
6.
Menurut bentuk dan letak pipa, ketel uap
diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel dengan pipa lurus, bengkok,
dan berlekak-lekuk (straight, bent and
sinous tubuker heating surface).
Gambar 2.11 Ketel
dengan pipa lurus, bengkok, dan berlekak-lekuk (straight, bent and sinous tubuker heating surface).
b.
Ketel dengan pipa miring-datar dan
miring-tegak (horizontal, inclined or
vertical tubuler heating surface).
Gambar
2.12 Ketel dengan pipa miring-datar dan miring-tegak (horizontal, inclined or vertical tubuler heating surface).
7.
Menurut sistem peredaran air ketel (water circulation), ketel uap
diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler).
b.
Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler).
8.
Tergantung kepada sumber panasnya (heat source) untuk pembuatan uap, ketel
uap dapat diklasifikasikan sebagai:
a.
Ketel uap dengan bahan bakar alami.
b.
Ketel uap dengan bahan bakar buatan.
c.
Ketel uap dengan dapur listrik.
d.
Ketel uap dengan energi nuklir.
2.3
Bagian-Bagian Boiler
Pada garis besarnya water tube boiler terdiri dari:
a)
Ruang Bakar (Furnace)
Terdiri dari 2
ruangan, yaitu:
1. Ruang
pertama, berfungsi sebagai ruang pembakaran, dimana panas yang dihasilkan
diterima langsung oleh pipa-pipa air yang berada di dalam ruang dapur tersebut,
yang terdiri dari pipa-pipa air dari drum ke header samping kanan kiri.
2. Ruang
kedua, merupakan ruang gas panas yang diterima dari hasil pembakaran dalam
ruang pertama. Dalam ruang ini sebagian besar panas dari gas diterima oleh
pipa-pipa air drum atas ke drum bawah.
b)
Forced Draft Fan (Fd Fan)
Dalam ruang pembakaran pertama, udara pembakaran
ditiupkan oleh blower penghebus udara (forced
draft fan) melalui kisi-kisi bagian bawah dapur (fire grates/under roaster).
|
c)
Drum Atas (Steam Drum)
Drum atas
berfungsi sebagai tempat pembentukan uap.
Gambar 2.14 Steam Drum
d)
Pipa Uap Pemanas Lanjut (Superheater Pipe)
Uap hasil penguapan di dalam drum
atas untuk sebagian turbin belum dapat dipergunakan, untuk itu harus dilakukan
pemanasan uap lebih lanjut melalui pipa superheater sehingga uap benar-benar
kering dengan suhu 260-280 0C . Superheater
pipe ini dipasang di dalam ruang bakar kedua.
e)
Drum Bawah (Mud Drum)
Drum bawah berfungsi sebagai tempat
pemanasan air yang didalamnya dipasang plat-plat pengumpul endapan untuk
memudahkan pembuangan keluar (blow down).
Gambar 2.15 Mud Drum
f)
Pipa-Pipa Air (Header)
Pipa-pipa air ini berfungsi sebagai
tempat pemanasan air yang dibuat sebanyak mungkin, sehingga penyerapan panas
lebih merata dengan efisiensi tinggi.
Pipa-pipa air
ini terbagi dalam :
1.
pipa air yang menghubungkan drum atas dengan header
muka/belakang
2.
pipa air yang menghubungkan drum
dengan header samping kanan/samping kiri
3.
pipa air yang menghubungkan drum atas dengan drum bawah
4.
pipa air yang menghubungkan drum bawah dengan header
belakang
g)
Pembuangan Abu (Ash Hopper)
Abu yang terbawa gas panas dari ruang
pembakaran pertama, terbuang/jatuh didalam pembuangan abu yang berbentuk
kerucut.
Gambar 2.16 Pembuangan Abu (Ash Hopper)
h)
Pembuangan Gas Bekas
Gas bekas setelah ruang pembakaran kedua dihisap oleh blower isap (induced draft fan) melalui saringan abu (dust collector) kemudian dibuang ke udara bebas melalui corong
asap (chimney).
Pengaturan tekanan didalam dapur dilakukan pada corong
keluar blower (exhaust) dengan klep
yang diatur secara otomatis oleh alat hydrolis (furnace draft controller).
Gambar 2.17 Chimney
i)
Pressure Furnace
Draft Controller
Pressure Furnace Draft
Controller berfungsi untuk pengatur tekanan permukaan.
Gambar 2.18 Pressure Furnace Draft Controller
j)
Induced Draft Fan
Induced
Draft Fan berfungsi sebagai penghisap abu dari gas bekas.
Gambar 2.19 Induced Draft Fan
k)
Dust Collector
Dust
Collector berfungsi sebagai penyaring abu gas bekas.
Gambar 2.20 Dust Collector
l)
Alat-Alat Pengaman
1.
Katup Pengaman (Safety Valve)
Alat ini bekerja apabila tekanan kerja melebihi dari
tekanan yang telah ditentukan sesuai dengan penyetelan klep pada alat ini.
Gambar 2.21 Savety Valve
2.
Gelas Penduga
Gelas penduga adalah alat untuk
melihat tinggi air didalam drum atas guna memudahkan pengontrolan air dalam
ketel selama operasi.
Gambar 2.22
Gelas Penduga
3.
Keran Blow down
Keran blow down
(blow down valve) berfungsi untuk membuang endapan yang tidak terlarut (total dissolved solid) pada mud
drum sehingga nilai tds air boiler yang diharapkan dapat terjaga.
Pola perlakuan blow down lebih baik dengan frekuensi yang tinggi dari pada dilakukan
dengan periode yang lama untuk sekali blow
down.
Gambar 2.23 Keran
Blow down
4.
Manometer
Manometer adalah alat pengukur
tekanan uap didalam boiler yang dipasang satu buah untuk penunjuk tekanan uap
basah (saturated) dan satu buah untuk
tekanan uap kering (superheated).
Gambar 2.24 Manometer
5.
Keran Uap Induk
Keran uap induk (main steam valve) berfungsi sebagai alat untuk membuka dan menutup
aliran uap boiler yang terpasang pada pipa uap induk .
Gambar 2.25
Keran Uap Induk
6.
Kontrol Air Umpan
Berfungsi sebagai pengontrol bukaan valve air umpan boiler ke dalam steam drum yang dapat dilakukan secara
otomatis melalui water level controller.
(a)
(b)
Gambar
2.26 (a) Automatic Feed Regulator (b)
Water Level Controller
7.
Soot Blower
Berfungsi sebagi alat penghebus debu yang ada pada
bagian luar pipa-pipa air boiler.
Gambar 2.27 Soot Blower
8.
Panel Utama (Main Panel)
Panel Utama (Main
Panel) berfungsi sebagai pengontrol atau alat pengaman semua alat-alat pada
boiler.
Gambar 2.28 Panel
Utama (Main Panel)
m)
Pipa Waterwall
Pada ruang bakar ketel uap komponen yang paling penting adalah pipa waterwall, dimana panas yang dihasilkan
pada pembakaran bahan bakar diserap waterwall, sehingga air yang terdapat pada
pipa waterwall mengalami penaikan
temperatur sampai berubah menjadi uap. Tube
Wall adalah merupakan pipa yang dirangkai membentuk dinding dan dipasang
secara vertikal pada 4 (empat) sisi, sehingga membentuk ruangan persegi empat
yang disebut ruang bakar. Fungsi tube
wall adalah alat pemanas air dengan bidang yang luas sehingga mempercepat
proses penguapan.
Gambar 2.29 Wall Tube Boiler
n)
Superheater
Superheater adalah piranti penting pada unit pembangkit uap. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan temperatur uap jenuh tanpa menaikkan tekanannya. Biasanya
piranti ini merupakan bagian integral dari ketel, dan ditempatkan dijalur gas
asap panas dari
dapur. Pada dari
gas asap ini digunakan untuk memberikan panas lanjut pada uap.
Gambar 2.30 Superheater.
2.4
Pengoperasian Boiler
Pada umumnya setiap mesin yang
diproduksi oleh pabrik selalu dilengkapi dengan handbook/ buku petunjuk cara
pemasangan, perawatan, dan pengoperasiannya. Begitu juga dengan ketel uap yang
ada di PT. PP London Sumatera sektor Dolok Palm Oil Mill terdapat buku petunjuk
tentang spesifikasi pengoperasian, perawatan, pemasangan, dan lain-lain.
Secara garis besar penulis akan
menjelaskan pengoperasian boiler berdasarkan petunjuk yang ada dari buku
petunjuk dan penjelasan dari operator, diantaranya:
Ketentuan Umum
Sebelum mengoperasikan boiler ada beberapa hal yang
harus diperhatikan demi kelancaran dan keselamatan kerja, diantara:
-
Tekanan ketel uap maksimum yang diijinkan
-
Tekanan uap yang diperlukan
-
Kapasitas produksi uap maksimum
-
Pemeriksaan visual pada bagian luar dan dalam
-
Tangki air umpan (feed
water tank) dalam keadaan penuh
-
Pompa air umpan (feed
water pump) dalam kondisi baik
-
Seluruh peralatan pengaman boiler dalam kondisi baik
-
Tinggi permukaan air boiler di dalam drum sesuai dengan batas yang ditentukan
-
Dapur dalam keadaan
bersih
-
Bahan bakar cukup tersedia Urutan
menghidupkan boiler
1.
Buka keran buangan udara (vent
drain) pada drum superheater (bila menggunakan superheater
2.
Drain air pada gelas penduga
3.
Hidupkan pompa air umpan dan buka
keran buangan air pada drum (blow down)
4.
Kemudian keran tersebut ditutup dan
ketinggian air diatur sampai batas yang ditentukan
5.
Hidupkan fuel modulating dan fuel feeder fan
6.
Hidupkan pendulum
7.
Hidupkan conveyor bahan bakar
8.
Isi bahan bakar dan hidupkan api
9.
Setelah api cukup besar hidupkan
induced draft fan dengan posisi damper tertutup dan setelah putaran idf normal
buka damper dan atur ampere idf sekitar 125
amp
10.
Hidupkan secondary
fan
11.
Hidupkan forced draft fan dan
dijaga agar tekanan udara dalam ruang bakar (10 – 30 mm hg)
12.
Tutup valve buang udara pada drum superheater
13.
Pada tekanan 15 bar kerangan induk
steam dapat dibuka secara perlahan-lahan
14.
Naikkan tekanan boiler sampai tekanan kerja (20 bar)
15.
Lakukan blowdown secara kontinyu
(sesuai dengan kondisi tds)
16.
Pertahankan tekanan steam normal
dengan pengaturan bahan bakar melalui pressure f d controller
17.
Lakukan soot blower setiap 3 jam sekali
18.
Lakukan penarikan kerak setiap 4 jam sekali Urutan
menghentikan boiler :
1.
Turunkan tekanan dengan menutup sliding door bahan bakar
2.
Matikan fd fan
3.
Matikan secondary
fan
4.
Buka pintu ruang bakar dan tarik abu keluar
5.
Pastikan turbin uap telah berhenti
kemudian tutup kerangan induk steam
6.
Matikan id fan
7.
Turunkan tekanan dengan melakukan sirkulasi air
8.
Tutup keran uap pada deaerator dan feed tank
9.
Matikan deaerator pump dan feed water pump Dalam hal
boiler kekurangan air akibat kerusakan pompa air :
1.
Hentikan induced draft fan, forced draft fan dan
secondary fan
2.
Tutup keran induk
3.
Tarik api
4.
Tutup semua pintu setelah selesai
tarik api agar udara dingin tidak masuk ke dalam dapur
5.
Periksa penyebab kerusakan pompa.
2.5
Bahan Bakar Boiler
Agar kualitas uap yang dihasilkan
dari ketel uap sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan maka dibutuhkan
sejumlah panas untuk menguapkan air tersebut, dimana panas tersebut diperoleh
dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar ketel. Untuk mendapatkan pembakaran
yang sempurna di dalam ketel maka diperlukan beberapa syarat, yaitu:
1.
Perbandingan pemakaian bahan bakar harus sesuai
(cangkang dan fiber)
2.
Udara yang dipakai harus mencukupi
3.
Waktu yang diperlukan untuk proses pembakaran harus cukup.
4.
Panas yang cukup untuk memulai pembakaran
5.
Kerapatan yang cukup untuk merambatkan nyala api
6.
Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah
cangkang dan fiber.
Adapun alasan mengapa digunakan
cangkang dan fiber sebagai bahan bakar adalah :
1.
Bahan bakar cangkang dan fiber cukup tersedia dan
mudah diperoleh dipabrik.
2.
Cangkang dan fiber merupakan limbah
dari pabrik kelapa sawit apabila tidak digunakan.
3.
Nilai kalor bahan bakar memenuhi
persyaratan untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
4.
Sisa pembakaran bahan bakar dapat
digunakan sebagai pupuk untuk tanaman kelapa sawit.
5.
Harga lebih ekonomis.
Cangkang adalah sejenis bahan bakar
padat yang berwarna hitam berbentuk seperti batok kelapa dan agak bulat,
terdapat pada bagian dalam pada buah kelapa sawit yang diselubungi oleh
serabut.
Pada bahan bakar cangkang ini
terdapat berbagai unsur kimia antara lain : Carbon (C), Hidrogen (H2),
Nitrogen (N2), Oksigen (O2) dan Abu. Dimana unsur kimia
yang terkandung pada cangkang mempunyai persentase (%) yang berbeda jumlahnya,
bahan bakar cangkang ini setelah mengalami proses pembakaran akan berubah
menjadi arang, kemudian arang tersebut dengan adanya udara pada dapur akan
terbang sebagai ukuran partikel kecil yang dinamakan partikel pijar.
Apabila pemakaian cangkang ini
terlalu banyak dari fiber akan menghambat proses pembakaran akibat penumpukan
arang dan nyala api kurang sempurna, dan jika cangkang digunakan sedikit, panas
yang dihasilkan akan rendah, karena cangkang apabila dibakar akan mengeluarkan
panas yang besar.
Fiber adalah bahan bakar padat yang
bebentuk seperti rambut, apabila telah mengalami proses pengolahan berwarna
coklat muda, serabut ini terdapat dibagian kedua dari buah kelapa sawit setelah
kulit buah kelapa sawit, didalam serabut dan daging buah sawitlah minyak CPO terkandung.
Panas yang dihasilkan fiber jumlahnya
lebih kecil dari yang dihasilkan oleh cangkang, oleh karena itu perbandingan
lebih besar fiber dari pada cangkang. Disamping fiber lebih cepat habis menjadi
abu apabila dibakar, pemakaian fiber yang berlebihan akan berdampak buruk pada
proses pembakaran karena dapat menghambat proses perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran
beterbangan dalam ruang dapur dan menutupi pipa water wall, disamping mempersulit pembuangan dari pintu ekspansion door (pintu keluar untuk abu
dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang
berlebihan.
Gambar 2.31
Fiber kelapa sawit
Gambar 2.32
Cangkang sawit
Komposisi Bahan
Bakar Cangkang dan Fiber
Pada Palm Oil Mill ini menggunakan ketel uap pipa air BOILERMECH
berbahan bakar cangkang dan fiber. Penulis akan mencari nilai kalor dari
cangkang dan fiber tersebut. Adapun data yang diperoleh dari Palm Oil Mill mengenai kandungan
unsur-unsur yang terdapat pada cangkang dan fiber pada
perbandingan 1 : 3 dan komposisi 1 kg bahan bakar cangkang dan fiber
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar
Nama Unsur
|
Cangkang
|
Fiber
|
Karbon (C)
|
61,34 %
|
40,00 %
|
Hidrogen
(H2)
|
3,25 %
|
4,25 %
|
Oksigen (O2)
|
31,16 %
|
30,29 %
|
Nitrogen
(N2)
|
2,45 %
|
22,29 %
|
Abu
|
1,80 %
|
3,17 %
|
Sumber : Palm Oil Mill
Maka komposisi 1
kg bahan bakar adalah sebagai berikut :
1
C = ( x 61,34
%) +
4
1
3
( x 40,00%)
4
3
= 45,335
% = 0,45335 kg
H2 =
( x 3,25
% ) +
4
1
( x 4,25%)
4
3
= 4 % = 0,04 kg
O2 =
N2 =
Abu =
( x 31,16 %) 4
1
( x 2,45
% ) 4
1
( x 1,80
%) 4
+ ( x
4
3
+ ( x
4
3
+ ( x
4
30,29 %)
22,29 %)
3,17 %)
= 30,5075 % =
0,305075 kg
= 17,330
% = 0,17330 kg
= 2,8275
% = 0,028275 kg
= 100 % =
1,00 kg
2.6
Siklus Rankine
Siklus Rankine adalah siklus teoritis
yang mendasari siklus kerja dari suatu
pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau
dari fluida kerjanya yang mengalami perubahan fase selama siklus pada saat
evaporasi dan kondensasi, oleh karena itu fluida kerja untuk siklus Rankine
harus merupakan uap. Siklus Rankine ideal tidak melibatkan beberapa masalah
irreversibilitas internal. Irreversibilitas internal dihasilkan dari gesekan
fluida, throttling, dan pencampuran, yang paling penting adalah
irreversibilitas dalam turbin dan pompa dan kerugian-kerugian tekanan dalam
penukar-penukar panas, pipa-pipa, bengkokan-bengkokan, dan katup-katup.
Temperatur air sedikit meningkat
selama proses kompresi isentropik karena ada penurunan kecil dari volume jenis
air, air masuk boiler sebagai cairan kompresi pada kondisi 2 dan meninggalkan
boiler sebagai uap kering pada kondisi
3. Boiler pada dasarnya penukar kalor yang besar dimana sumber panas dari pembakaran
gas, reaktor nuklir atau sumber yang lain ditransfer secara esensial ke air pada tekanan konstan. Uap
superheater pada kondisi ke 3 masuk ke turbin
yang mana uap diexpansikan secara isentropik dan menghasilkan kerja oleh
putaran poros yang dihubungkan pada generator lisrik. Temperatur dan tekanan
uap jatuh selama proses ini mencapai titik 4, dimana uap masuk ke kondensor dan
pada kondisi ini uap biasanya merupakan campuran cairan-uap jenuh dengan
kualitas tinggi.
Uap dikondensasikan pada tekanan
konstan di dalam kondensor yang merupakan alat penukar kalor mengeluarkan panas
ke medium pendingin.
Gambar 2.33
Diagram alir siklus Rankine sederhana
Gambar 2.34
Diagram T-s siklus Rankine sederhana
Salah satu modifikasi dari siklus
Rankine dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar
2.35 Diagram alir siklus Rankine dengan satu tingkat ekstraksi Uap panas lanjut
dari ketel memasuki turbin, setelah melalui beberapa
tingkatan sudu turbin, sebagian uap diekstraksikan ke
deaerator, sedangkan sisanya masuk ke kondensor dan dikondensasikan didalam
kondensor. Selanjutnya air dari kondensor dipompakan ke deaerator juga. Di
dalam deaerator, uap yang berasal
dari turbin yang berupa uap basah bercampur dengan air yang berasal dari
kondensor. Kemudian dari deaerator dipompakan kembali ke ketel, dari ketel ini
air yang sudah menjadi uap kering dialirkan kembali lewat turbin.
Tujuan uap diekstraksikan ke deaerator adalah untuk
membuang gas-gas yang tidak terkondensasi sehingga pemanasan pada ketel dapat
berlangsung efektif, mencegah korosi pada ketel, dan meningkatkan efisiensi
siklus.
Untuk mempermudah penganalisaan siklus termodinamika
ini, proses- proses tersebut di atas disederhanakan dalam bentuk diagram berikut
:
Gambar 2.36 Diagram T-s siklus Rankine dengan
satu tingkat ekstraksi
Siklus
Rankine terbuka pada boiler yang ada di Palm Oil Mill:
Gambar 2.37
Diagram alir siklus Rankine terbuka
Gambar 2.38 Diagram T-s
siklus Rankine terbuka
2.7
Proses Pembentukan Uap
Sebagai fliuda kerja di ketel uap,
umumnya digunakan air (H2O) karena bersifat ekonomis, mudah di
peroleh, tersedia dalam jumlah yang banyak, serta mempuyai kandungan entalpi
yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan fluida kerja yang lain.
Penguapan adalah proses terjadinya
perubahan fasa dari cairan menjadi uap. Apabila panas diberikan pada air, maka
suhu air akan naik. Naiknya suhu air akan meningkatkan kecepatan gerak molekul
air. Jika panas terus bertambah secara perlahan-lahan, maka kecepatan gerak air
akan semakin meningkat pula, hingga sampai pada suatu titik dimana
molekul-molekul air akan mampu melepaskan diri dari lingkungannya (100o)
pada tekanan 1[kg/cm2], maka air secara berangsur-angsur akan
berubah fasa menjadi uap dan hal inilah yang disebut sebagai penguapan.
Proses perubahan fasa air menjadi uap dapat digambarkan pada diagram T- S seperti gambar dibawah:
Gambar 2.39 Diagram T-S
Keterangan:
1-2
: Pipa-pipa evaporator pipa penguat
2-3 : Pipa-pipa superheater
1-3
: Ketel uap
2.8
Metode Pengkajian Efisiensi
Boiler
Metode yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan pada skripsi ini adalah metode langsung. Secara umum
skripsi ini akan membahas analisa nilai kalor bahan bakar dan perhitungan
efisiensi boiler.
Efisiensi adalah suatu tingkatan
kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler atau ketel uap
yang didapatkan dari perbandingan antara energi yang dipindahkan atau diserap
oleh fluida kerja didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar.
Terdapat dua
metode pengkajian efisiensi boiler :
1)
Metode Langsung
Energi yang didapat dari fluida kerja
(air dan
steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler.
Metodologi Dikenal
juga sebagai „metode input-output’ karena
kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input
(bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi
dengan menggunakan rumus:
Efisiensi
Boiler (η) =
Efisiensi
Boiler (η) =
Keterangan: Ws = kapasitas produksi uap ( kg
uap/jam )
Wf = konsumsi
bahan bakar ( kg/jam ) h3 =
entalpi uap ( kJ/kg )
h1 = entalpi
air umpan/pengisi ketel ( kJ/kg )
LHV = nilai kalor pembakaran
rendah (kJ/kg)
Keuntungan metode langsung
-
Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi
efisiensi boiler
-
Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan
-
Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan
-
Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark
Kerugian metode langsung
-
Tidak memberikan petunjuk kepada
operator tentang penyebab dari efisiensi sistem yang lebih rendah
-
Tidak menghitung berbagai
kehilangan yang berpengaruh pada berbagai tingkat efisiensi
2)
Metode Tidak Langsung
Efisiensi merupakan perbedaan antar kehilangan dan
energi masuk. Metodologi Standar acuan untuk Uji Boiler di tempat dengan
menggunakan metode tidak langsung adalah British
Standard, BS 845:1987 dan USA
Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units.
Metode tidak langsung juga dikenal
dengan metode kehilangan panas. Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan
bagian kehilangan panas dari 100 sebagai berikut:
Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv +
v + vi + vii)
Dimana kehilangan yang terjadi dalam
boiler adalah kehilangan panas yang diakibatkan oleh:
i.
Gas cerobong yang
kering
ii.
Penguapan air yang terbentuk karena H2
dalam bahan bakar
iii.
Penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv.
Adanya kadar air dalam udara pembakaran
v.
Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash
vi.
Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash
vii.
Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan yang diakibatkan oleh
kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan oleh pembakaran hidrogen
tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh perancangan.
Data yang diperlukan untuk
perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak langsung adalah:
-
Analisis ultimate
bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
-
Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
-
Suhu gas buang dalam oC (Tf)
-
Suhu awal dalam oC (Ta)
dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering
-
LHV bahan bakar dalam kkal/kg
-
Persentase bahan yang dapat
terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
-
LHV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)
Keuntungan
metode tidak langsung
Dapat diketahui neraca bahan dan
energi yang lengkap untuk setiap aliran, yang dapat memudahkan dalam
mengidentifikasi opsi-opsi untuk meningkatkan efisiensi boiler.
Kerugian
metode tidak langsung
-
Perlu waktu lama
-
Memerlukan fasilitas laboratorium untuk analisis.
Untuk penyusunan skripsi ini penulis
menganalisa dengan metode langsung, dimana penulis mengambil data secara
langsung dilapangan meliputi :
-
Steam pressure
superheater (bar)
- Temperatur feed tank
(oC)
- Temperatur
daerator (oC)
- Temperatur out let steam (oC)
- Steam flow (ton uap/jam)
2.9
Neraca Panas
Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk
diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana
energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai
kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan
jumlah energi yang dikandung dalam aliran masing-masing.
Gambar 2.40
Diagram neraca energi boiler
Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler
terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut
memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam.
Gambar 2.41 Kehilangan pada Boiler yang Berbahan Bakar Batubara
Kehilangan energi dapat dibagi
kedalam kehilangan yang tidak atau dapat dihindarkan. Tujuan dari Produksi
Bersih dan/atau pengkajian energi harus mengurangi kehilangan yang dapat
dihindari, dengan meningkatkan efisiensi energi. Kehilangan berikut dapat dihindari
atau dikurangi:
Kehilangan gas
cerobong:
- Udara
berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari teknologi burner, operasi (kontrol), dan
pemeliharaan).
- Suhu
gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan (pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam
cerobong dan abu (mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik),
Kehilangan dari blowdown (pengolahan
air umpan segar, daur ulang kondensat),
Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)
Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih
baik).
2.10
Nilai kalor (Heating Value)
Nilai kalor merupakan energi kalor
yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia
yang ada pada bahan bakar tersebut.
Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan
dengan oksigen (O2) akan menghasilkan sejumlah
kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun padat. Selain itu, bahan
bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas beberapa unsur seperti karbon
(C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N).
Kualitas bahan bakar ditentukan oleh
kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk
menghasilkan energi ini
sangat ditentukan oleh nilai bahan bakar yang
didefinisikan sebagai jumlah energi yang dihasilkan pada proses pembakaran per
satuan massa atau persatuan volume bahan bakar.
Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di
dalam bahan bakar. Dikenal dua jenis pembakaran (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat- pesawat Konversi Energi 1 (Ketel Uap)
1988:160), yaitu:
1.
Nilai Kalor Pembakaran Tinggi
Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan
istilah High Heating Value (HHV)
adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air dari proses pembakaran
ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan
dengan:
HHV = 33950 C
+ 144200 (H2 –
O2/8) + 9400 S kj/kg
2.
Nilai Kalor Pembakaran Rendah
Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low Heating Value (LHV) adalah nilai
pembakaran dimana panas pengembunan uap air dari hasil pembakaran tidak ikut
dihitung sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:
LHV = HHV –
2411 (9H2) kj/kg
2.11 Kebutuhan Udara Pembakaran
Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara
sempurna yang meliputi :
a.
Kebutuhan udara teoritis (Ut) :
Ut = 11,5 C +
34,5 (H-O/8) + 4,32 S kg/kgBB
b.
Kebutuhan udara pembakaran
sebenarnya/aktual (Us) : Us = Ut
(1+α) kg/kgBB
2.12 Gas Asap
Reaksi pembakaran akan menghasilkan
gas baru, udara lebih dari sejumlah energi. Senyawa-senyawa yang merupakan
hasil dari reaksi pembakaran disebut gas asap.
a.
Berat gas asap teoritis (Gt) Gt
= Ut + (1-A) kg/kgBB
Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash) Gas asap yang
terjadi terdiri dari:
-
Hasil reaksi atas pembakaran
unsur-unsur bahan akar dengan O2 dari udara seperti CO2,
H2O, SO2
-
Unsur N2 dari udara yang tidak ikut bereaksi
-
Sisa kelebihan udara
Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui: 1 kg C menghasilkan
3,66 kg CO2
1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO2
1 kg H
menghasilkan 8,9836 kg H2O
Maka untuk menghitung berat gas asap pembakran perlu dihitung
dulu masing-masing komponen gas asap tersebut (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:196):
Berat CO2
|
=
|
3,66 C kg/kg
|
Berat SO2
|
=
|
2 S kg/kg
|
Berat H2O
|
=
|
9 H2 kg/kg
|
Berat N2
|
=
|
77% Us kg/kg
|
Berat O2
|
=
|
23% 20% Ut
|
Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap: Berat
gas asap (Gs) = W CO2 + W SO2 + W H2O + W N2
+ W O2 Atau
b.
Berat gas asap sebenarnya (Gs) Gs = Us + (1-A) kg/kgBB
Untuk menetukan komposisi dari gas asap didapatkan: Kadar gas = (W
gas tersebut / W total gas) x 100%
2.13 Volume Gas Asap
Jumlah oksigen
adalah 21% jumlah udara pembakaran. Jadi:
V(o2) = 21% (Va)act ; belum
termaksud oksigen yang dikandung dalam bahan bakar. Oksigen yang terdapat dalam
bahan bakar tergantung persentasenya.
Dengan demikian
maka volume gas asap basah adalah :
Vg = 1,24
(9 H2) m3/kgBB
Dimana :
Vg = Volume gas asap (m3/kgBB)
C = Nilai carbon bahan bakar
S = Nilai Sulfur bahan
bakar H2 = Nilai Hidrogen bahan bakar
2.14 Perhitungan Efisiensi Boiler
Daya guna (efisiensi) boiler
adalah perbandingan antara konsumsi panas dengan suplai panas (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-pesawat
konversi 1 (Ketel Uap) 1988:223).
Keterangan: Ws = kapasitas produksi uap ( kg uap/jam )
Wf = konsumsi
bahan bakar ( kg/jam ) h3 =
entalpi uap ( kJ/kg )
h1 = entalpi
air umpan/pengisi ketel ( kJ/kg )
LHV = nilai kalor pembakaran
rendah (kJ/kg)